VIANT MENUJU BLOGGER. Diberdayakan oleh Blogger.

This is default featured slide 1 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 2 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 3 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 4 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

This is default featured slide 5 title

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by Premiumblogtemplates.com

FOLLOW MY TWITTER @ALL_VEO

Rabu, 16 Januari 2013

Persiapan Panelis Untuk Pengujian Organoleptik


Penilaian secara organoleptik memerlukan fasilitas ruang dan suasana penilaian. Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif makanan atau minuman yang disajikan. Dalam penilaian organoleptik secara umum, panelis dapat dikelompokan menjadi panel perseorangan, panel perorangan terbatas, panel terlatih dan tidak terlatih serta panel konsumen. Setiap panelis yang termasuk pada jenis panel tersebut disyaratkan berminat terhadap pekerjaan organoleptik, bersedia meluangkan waktu dan mempunyai kepekaan yang diperlukan.

Panel merupakan manusia atau instrumen yang dipakai untuk mengukur rangsangan di dalam penilaian indera, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Dalam hal ini diketahui ada lima macam panel yang penggunaannya berbeda (berlaku untuk tujuan tertentu saja), yaitu:

1) Panel Perseorangan

Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni (belum memakai metode baku). Panel ini sudah lama digunakan oleh industri tradisional (keju, minyak wangi, rempah-rempah dan sebagainya), tetapi perusahaan-perusahaan atau industri moderen sudah tidak menggunakan bentuk-bentuk ketergantungan demikian.

Orang yang menjadi panel atau panelis perseorangan mempunyai kepekaan spesifik yang sangat tinggi, yaitu umumnya melebihi kemampuan orang-orang normal dan instrumen-instrumen fisik yang telah diketahui daya kerjanya. Kepekaan ini merupakan pembawaan lahir dan ditingkatkan kemampuannya dengan latihan yang memakan waktu lama. Di samping mempunyai kemampuan penilaian khas, juga mempunyai kemampuan mencium yang sangat cepat dan mudah lelah atau kurang peka bila menguji beberapa komoditi sekaligus untuk dinilai. Dengan kemampuan ini, peran panel perseorangan menjadi penting pada industri tertentu, sehingga tarifnya menjadi mahal.

Dari beberapa kelebihan yang dimilki, terdapat juga kelemahan-kelemahannya, yaitu:
  • Penilaiannya khusus untuk komoditi tertentu atau tidak peka terhadap komoditi lain, misalnya hanya mampu untuk menilai kopi, tetapi tidak untuk teh.
  • Panelis perseorangan tidak mudah didapat, karena merupakan orang-orang istimewa. Juga mempunyai fluktuasi lebih besar dari waktu ke waktu dan dapat dipengaruhi oleh masalah kejiwaan yang nantinya berpengaruh kepada kepekaan yang dimilikinya.
  • Kadang-kadang bertingkah, yaitu melakukan hal yang merugikan atau tidak obyektif dan masih perlu dilatih untuk digunakan secara langsung.
2) Panel Perseorangan Terbatas

Panel perseorangan terbatas terdiri dari beberapa panelis (2-3 orang) yang mempunyai keistimewaan rata-rata dari orang biasa. Pada panel tersebut sudah digunakan alat-alat obyektif sebagai kontrol.

Panelis perseorangan terbatas disamping mempunyai kepekaan tinggi, juga mengetahui hal dan penanganan komoditi yang diuji beserta cara penilaian indera moderen. Cara ini dapat mengurangi ketergantungan kepada seseorang dalam mengambil keputusan, tetapi kadang-kadang antar panelis tidak sepakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panel perseorangan terbatas bertanggung jawab sebagai penguji, mengetahui prosedur kerja dan membuat kesimpulan dari hal yang dinilai.

3) Panel Terlatih

Panel terlatih merupakan panelis hasil seleksi dan pelatihan dari sejumlah panel (15-25 orang atau 5-10 orang). Seleksi pada panelis terlatih umumnya mencakup hal kemampuan untuk membedakan citarasa dan aroma dasar, ambang pembedaan, kemampuan membedakan derajat konsentrasi, daya ingat terhadap citarasa dan aroma. Hal ini untuk menciptakan kemampuan atas kepekaan tertentu di dalam menilai sifat organoleptik bahan makanan tertentu.

Anggota panel terlatih yang digunakan tidak selalu dari personalia laboratorium ataupun orang non laboratorium. Orang-orang laboratorium umumnya mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan tekun, tetapi tingkat kepekaannya tidak terlalu tinggi, oleh karena itu perlu pelatihan untuk mengasah tingkat kepekaannya.

Panel terlatih umumnya ditujukan untuk menjawab dua pertanyaan dasar pada penilaian inderawi, yaitu:
  • Adakah perbedaan diantara rangsangan yang timbul?
  • Apakah arah serta intensitas dari perbedaan rangsangan tersebut?
Berdasarkan itu, panelis terlatih umum digunakan untuk penilaian proses dan pengembangan produk yang kompleks. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa tugas tanggung jawabnya kurang, karena hanya dianggap sebagai instrumen.

4) Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih merupakan sekelompok orang-orang berkemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan. Jumlah anggota panel tidak terlatih ini berkisar antara 25-100 orang.

Persyaratan panel tidak terlatih adalah:
  • Fisik yang sehat atau tidak mempunyai cacat dalam menilai sifat-sifat organoleptik dan tidak mempunyai persepsi tertentu dari suatu produk yang akan diujikan. Dalam hal ini, pemilihan orang sebagai anggota panel didasarkan pada konsep keterwakilan, misalnya menurut kelompok suku bangsa, jenis kelamin, umur, kelompok sosial (kaya-miskin) dan latar belakang pendidikan.
  • Anggota panel tidak terlatih bersifat tidak tetap, tetapi mampu mewakili golongan yang diamati, karena rata-rata mempunyai menilai sifat organoleptik yang memadai dan mampu memberikan penilaian secara bebas. Sebagai ilustrasi, industri bir biasa menggunakan orang di dalam dan di luar perusahaan, termasuk tamu-tamu yang datang sebagai anggota panel.
  • Penilaian organoleptik yang dilakukan bersifat sederhana, misalnya pengujian yang bersifat hedonik. Dalam hal ini, kemampuan berkonsentrasi, kemauan berlatih dan belajar sangat menentukan jenis panel yang akan dipakai (terlatih atau tidak). Sebagai ilustrasi, melatih dapat dilakukan 1-2 hari, tetapi untuk mengetahui sifat-sifat bahan dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Misalnya, makanan enak atau tidak enak dapat dinilai oleh panel tidak terlatih; sedangkan sifat kelembutan, kebasaan serta kehalusan dinilai oleh panel terlatih. Hal yang sama juga berlaku untuk penilaian kesat, pahit dan sebagainya.
  • Rasa ingin tahu yang besar dan tertarik di dalam penilaian mutu kerja serta meluangkan waktu secara periodik bagi penilaian sifat-sifat organoleptik yang diujikan.
5) Panel Konsumen

Panel konsumen dapat dikategorikan sebagai panelis tidak terlatih yang dipilih secara acak dari total potensi konsumen di suatu daerah pemasaran. Dalam hal ini, jumlah panel yang diperlukan cukup besar (sekitar 100 orang) dan juga perlu memenuhi kriteria seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa dan tingkat pendapatan dari populasi pada daerah target pemasaran yang dituju.

Panel konsumen umumnya sudah ditangani oleh konsultan ahli pemasaran, karena mereka ini telah mengetahui perilaku konsumen dan fenomena pasar.

Persiapan Sampel/Contoh Uji
Setelah ruang pengujian dan panelis dipersiapkan, terakhir dari pengujian organoleptik adalah persiapan sampel atau contoh uji, berikut dijelaskan tentang apa saja yang harus dilakukan dalam persiapan contoh uji.

1) Persiapan Contoh Uji

Persiapan sampel/contoh uji harus benar-benar diperhatikan. Persiapan sangat tergantung dari metode pengujian dan jenis makanan yang akan diuji. Semua variasi faktor seperti waktu dan suhu pemasakan, jumlah air dan ukuran panci untuk merebus, serta waktu dan kecepatan mencampur, harus diperhatikan dan dilakukan secara konstan pada saat pengujian produk. Selama proses persiapan, tidak boleh ada bau dan rasa yang asing pada produk.

Sampel atau contoh uji yang harus dilarutkan, diukur dengan tepat untuk setiap panelis dengan ukuran yang sama. Contoh uji yang harus disajikan hangat, harus diberi alat penghangat yang sama unyuk masing-masing panelis, demikian juga untuk contoh uji yang disajikan dingin. Hal ini dimaksudkan agar setiap panelis mendapatkan contoh uji yang sama sehingga penilaiannya menjadi akurat.

Pada tiap pengujian, contoh uji disajikan dalam jumlah yang cukup untuk pengujian, tidak terlalu sedikit sehingga menyulitkan panelis untuk menilai, dan juga tidak terlalu banyak yang dapat mengakibatkan panelis kekenyangan. Semua contoh uji disajikan dalam wadah yang sesuai dengan jumlah dan karakteristik makanan yang akan diuji.

2) Pengkodean Contoh Uji

Setiap contoh uji harus diberi tanda/kode. Pengkodean dilakukan untuk menghindari bias yang dapat terjadi pada panelis. Cara pengkodean yaitu dengan menggunakan nomor acak sebagai nomor kode, biasanya menggunakan nomor kode tiga angka (three digit number) yang dapat diambil dari tabel angka acak pada buku-buku statistik. Ketiga angka tersebut tidak boleh memberikan petunjuk bagi panelis mengenai contoh uji yang disajikan.

3) Pembilas

Panelis dilengkapi dengan bahan pembilas antara contoh uji. Air pembilas (air kumur) tidak boleh mempunyai rasa atau harus netral dan sesuai dengan suhu ruang. Apabila makanan berlemak yang diujikan, air pembilas disediakan dalam keadaan hangat agar lebih efektif. Waktu pembilasan antara satu produk dengan produk lainnya harus konstan.


HACCP merupakan kependekan dari Hazard Analysis Critical Control Point. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini dapat diartikan sebagai Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Istilah ini mulai mengemuka pada tahun 1990-an, setelah sistem ini diadopsi oleh banyak negara, lembaga dan industri. Sistem asli HACCP dikembangkan oleh Pillsbury Company, bekerjasama dengan NASA dan US Army laboratories di Natick, Amerika Serikat, pada tahun 1960. Sistem ini semula dimaksudkan untuk mengembangan sistem yang dapat menjamin bahwa makanan yang akan digunakan/dikonsumsi oleh para austronot di luar angkasa aman. Kemudian, sistem ini dikenalkan kepada masyarakat di Amerika Serikat pada tahun 1971. Pada tahun 1973, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan mandat untuk menerapkan prinsip HACCP pada makanan berasam rendah. Antara pertengahan tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, pengembangan dan penerapan HACCP semakin meluas.

Pada tahun 1992 National Advisory Committee on Microbiological Criteria for Foods (NACMCF)- Amerika Serikat, dan tahun 1993 Codex Alimentarius Comission – suatu badan yang dibentuk oleh FAO dan WHO yang berkedudukan di Roma, menerima dan mempublikasikan sistem HACCP. Setelah itu, sistem ini semakin meluas diterima di berbagai negara, khususnya di Eropa, Amerika Utara, Australia, New Zealand, dan Jepang. Indonesia mulai mengadopsi sistem ini secara resmi pada tahun 1998, dengan ditandai diterbitkannya oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN): SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point - HACCP) serta Pedoman Penerapannya.

Aplikasi HACCP pada umumnya adalah di industri pengolahan pangan. Namun pada dasarnya, dapat diterapkan pula di produksi bahan baku, distribusi dan pemasaran bahan pangan, usaha jasa boga (catering), hotel dan restoran. Bahkan dalam industri kecil pengolahan pangan, seperti pembuatan makanan jajanan, sistem HACCP dapat diterapkan.

Keuntungan utama penerapan sistem HACCP adalah diperoleh metode yang paling efektif (hingga saat ini) untuk memaksimalkan keamanan produk. Resiko untuk memproduksi dan memperdagangkan produk pangan yang tidak aman akan dikurangi secara signifikan. Dengan menerapkan HACCP, produk makanan yang dihasilkan atau disajikan oleh produsen/pemasok akan dapat dijamin keamanannya. Jaminan ini sangat penting dalam sistem perdagangan internasional. Banyak negara mempersyaratkan penerapan sistem HACCP pada produk pangan yang diperdagangkan.

Tahapan dan Prinsip HACCP

Sistem HACCP memuat tujuh prinsip, yang kesemuanya terangkum dalam dua belas langkah/tahapan aplikasi. berikut adalah tahapan dalam melakukan HACCP

  1. Pembentukan Tim HACCP
  2. Deskripsi Produk
  3. Identifikasi Rencana Penggunaan
  4. Penyusunan Bagan Alir
  5. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
  6. Pencatatan Semua Bahaya Potensial yang Berkaitan dengan Analisa Bahaya, Penentuan Tindakan Pengendalian*
  7. Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)*
  8. Penentuan Batas Kritis untuk Setiap TKK*
  9. Penyusunan Sistem Pemantauan untuk Setiap TKK*
  10. Penetapan Tindakan Perbaikan untuk Setiap Penyimpangan yang Terjadi*
  11. Penetapan Prosedur Verifikasi*
  12. Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan*
*) Keterangan: Prinsip HACCP


GMP Merupakan suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk menghasilkan out put yang memenuhi stándar dengan tingkat ketidak sesuaian yang kecil.

Good Manufacturing Practices yang dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan menjadi Cara Produksi yang Baik (CPB) di terapkan oleh industri yang produknya di konsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang sampai tinggi seperti : produk obat-obatan, produk makanan, produk kosmetik, produk perlengkapan rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.

Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Oleh karena itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa standar GMP tersebut:
  1. Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
  2. Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik)
  3. Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB ( Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik)
  4. Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)
Berbagai referensi standar GMP pada prinsip dasarnya sama yakni bertujuan untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan aman. Pilihan referensi GMP yang akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai hal:
  1. Penerapan GMP apakah akan dilakukan sertifikasi? Bila ya, lembaga sertifikasi mana yang digunakan? Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.
  2. Kemana produk yang dihasilkan akan di jual ( lokal atau ekspor), maka standar GMP yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar GMP di negara dimana produk tersebut di jual.
  3. Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian dari penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan lain-lain.
Waktu Menerapkan GMP

Pada dasarnya semua industri yang terkait dengan makanan, obat-obatan, kosmetik, pakan ternak wajib menerapkan sejak prabrik didirikan dan proses produksi pertama dilakukan, karena penerapan GMP merupakan persyaratan dasar bagi industri tersebut beroperasi. Namun karena rata-rata industri di indonesia bermula dari UKM, yang kemudian berkembang menjadi industri besar dengan tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali penerapannya di abaikan. Baru setelah ada tuntutan oleh pelanggan untuk sertifikasi GMP atau standar lainnya seperti ISO 22000, HACCP, BRC, IFS, dan SQF baru GMP tersebut di terapkan.

Cakupan standar GMP

Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi. Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah:
  1. Desain dan fasilitas
  2. Produksi (Pengendalian Operasional)
  3. Jaminan mutu
  4. Penyimpanan
  5. Pengendalian hama
  6. Hygiene personil
  7. Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan
  8. Pengaturan Penanganan limbah
  9. Pelatihan
  10. Consumer Information (education)
Strategi penerapan GMP
Bukan suatu hal yang mudah ketika suatu industri akan menerapkan GMP, sehingga perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:
  1. Bangun komitmen pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan
Komitmen merupakan hal yang paling utama, karena dalam merapkan GMP di butuhkan sumber daya terutama financial yang cukup besar. Di tambah lagi dengan komitmen karyawan untuk mau melaksanakan standar GMP secara efektif, karena bisa jadi di perlukan peruabahan pola pikir, dan kebiasaan.
  • Pilih standar referensi penerapan GMP secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai hal di atas.
  • Tetapkan indikator-indikator keefektifan penerapan GMP, dan lakukan evaluasi kinerja penerapan GMP yang digunakan alat untuk peningkatan.
  • Bentuk tim yang solid, dengan penanggung jawab personel yang memiliki jiwa kepemimpinan serta motivasi yang kuat.
  • Secara terus-menerus lakukan awareness baik untuk manajer, supervisor maupun karyawan.

Selasa, 15 Januari 2013

Pengetahuan Dasar Mutu

Mutu selalu diindentikkan dengan kualitas, akan tetapi kualitas disini harus diartikan oleh konsumen. Satu produk yang menurut produsen berkualitas belum tentu konsumen satu suara bahwa produk tersebut berkualitas.

Maka dari itu tidak cukup mengartikan mutu dengan satu definisi, berikut adalah beberapa definisi yang berkaitan dengan mutu.

  • Goetsch dan Davis (1994, p. 4) membuat definisi mengenai mutu yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah: mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
  • J.M. Juran mengatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.
  • Menurut pembendaharaan istilah ISO 8402 dan standar nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefenisikan terlebih dahulu.
  • Menurut Deming yang dikutip oleh M.N. Nasution bahwa mutu adalah: kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang di butuhkan konsumen atas produk yang dihasilkannya.”
  • Philip crosby mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap persyaratan. Persyaratan adalah spesifikasi yang telah ditetapkan/ diminta/ diwajibkan/ disepakati dan dapat diukur. Dengan kaitannya dengan konsep fokus pelanggan, persyaratan diartikan secara lebih luas, yakni mencakup kesesuaian terhadap kebutuhan, persyaratan, harapan dan persepsi pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kebutuhan, persyaratan dan harapan pelanggan serta dipersepsikan secara positif oleh pelanggan.
  • Japan Industrial Standard (JIS) mengatakan bahwa Mutu produk sebagai keseluruhan sifat atau kinerja yang benar yang menjadi sasaran optimasi untuk menentukan apakah sebuah produk atau jasa memenuhi maksud penggunaan atau tidak.
  • Feigenbaum mengartikan bahwa mutu adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa meliputi pemasaran, perencanaan, desain, rekayasa dan pemeliharaan) yang pemanfaatannya sesuai dengan kebutuhan dan harapan konsumen
Dalam pengertian yang lebih luas lagi, persyaratan mutu menurut aliran TQM (Total Quality Management) mencakup konsep multi dimensi yang terdiri dari tujuh aspek yang disingkat menjadi PQCDSME yang merupakan orientasi pemikiran dalam manajemen mutu, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Productivity (P) : berorientasi pada peningkatan hasil produksi atau hasil kerja.
  2. Quality (Q) : berorientasi pada penciptaan kesesuaian terhadap persyaratan spesifikasi produk/jasa yang telah ditetapkan.
  3. Cost (C) : berorientasi pada pengendalian biaya untuk setiap proses yang menyerap biaya.
  4. Delivery (D) : berorientasi pada upaya mengendalikan waktu yang dibutuhkan untuk mengirim produk ke pasar atau pelanggan.
  5. Safety (S) : berorientasi pada penciptaan kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.
  6. Morale (M) : berorientasi pada penciptaan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan.
  7. Environment : berorientasi pada kepedulian terhadap lingkungan dalam pengertian yang lebih luas.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu/berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada pelanggan/pemakai. Mutu meliputi produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan dimana mutu adalah suatu kondisi yang bersifat dinamis.
So jadi kuncinya perhatikan keinginan konsumen, setelah itu sediakanlah mutu yang cocok dengan keinginan konsumen.

Untuk mengetahui bagaimana kita menilai suatu mutu, tentunya harus mengetahui terlebih dahulu akan perspektif mutu.

Persiapan Ruang Pengujian Organoleptik


Pengujian organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.

Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.

ada beberapa syarat dalam melakukan pengujian organolepetik yaitu:
  • ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang
  • ada panelis sebagai pemroses respon
  • ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.
disamping itu ada beberapa faktor keberhasilan di dalam pengujian secara organoleptik, diantaranya ruang pengujian, sampel atau contoh yang akan diuji, dan panelis atau personal yang akan menguji.

berikut adalah penjelasan persiapan ruangan Pengujian.

Persiapan Ruang Pengujian

Pengujian sensoris/organoleptik tidak memerlukan fasilitas khusus akan tetapi beberapa fasilitas dasar harus dipenuhi supaya pengujian dapat dilaksanakan dengan efisien dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun ruang khusus yang dirancang untuk pengujian organoleptik akan menghasilkan lingkungan pengujian yang terbaik, laboratorium yang ada juga dapat diubah untuk menjadi ruang pengujian. Fasilitas/ruang yang harus disiapkan untuk pengujian organoleptik adalah:

1. Ruang persiapan makanan
2. Ruang untuk diskusi
3. Ruang/sekat pengujian yang tenang
4. Meja atau ruang untuk penguji/peneliti
5. Ruang pendukung untuk persiapan dan penyajian sampel


Fasilitas Pengujian Yang Permanen

Desain fasilitas pengujian sensoris yang permanen ditentukan oleh metode pengujian yang akan dilakukan, jumlah pengujian yang dikerjakan, serta ruang dan sumber yang diinginkan. Untuk tempat/ruang pengujian, dinding sebaiknya dicat dengan warna netral. Permukaan bahan/material harus bebas dari berbagai macam bau baik untuk konstruksi dinding, lantai, maupun langit-langit ruangan. Beberapa jenis kayu, karpet dan plastik yang mengeluarkan bau/aroma akan mengganggu dalam pengujian, oleh karena itu harus dihindari.

a) Ruang Persiapan Makanan
  • Ruang untuk persiapan makanan sebaiknya memiliki wadah makanan, tempat pencuci peralatan, peralatan memasak, refrigerator, dan ruang penyimpan, serta ruangan harus memiliki ventilasi yang baik.
  • Counter/wadah. Wadah yang sesuai diperlukan sebagai tempat untuk menyiapkan makanan, dan menyimpan baki sampel sebelum disajikan kepada panelis. Tinggi wadah sekitar 90 cm nyaman untuk bekerja. Standar kedalaman wadah sekitar 60 cm.
  • Tempat cuci piring (sink). Minimal 2 tempat cuci piring untuk air panas dan dingin disiapkan. Air dari keran yang keluar pada tempat pencucian tidak boleh berbau dan kotor.
  • Peralatan masak. Kompor gas atau listrik dan oven disediakan, oven microwave mungkin juga diperlukan untuk menyiapkan makanan.
  • Refrigerator. Penyimpan dingin penting untuk menyimpan bahan makanan yang mudah rusak dan diperlukan untuk mendinginkan sampel sebelum disajikan. Refrigerator juga sebaiknya dilengkapi dengan freezer yang terpisah yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan makanan lebih lama.
  • Tempat penyimpanan. Lemari untuk piring dan peralatan pendukung dirancang di bawah wadah/counter dan juga dapat dibuka ke arah area panel/pengujian. Dibuka ke arah area panel diperlukan untuk menyimpan baki saji selama pengujian disiapkan. Penempatan di bawah wadah/counter dapat digunakan untuk menyimpan serbet, pensil, sendok dan garpu plastik, serta alat pendukung lainnya.
  • Ventilasi. Ventilasi dengan exhaust fan dipasang di atas kompor untuk mengurangi bau yang disebabkan oleh pemasakan dari area persiapan dan untuk mencegah penyebaran bau ke ruang pengujian.
b) Ruang Untuk Diskusi

Untuk pengujian berorientasi produk, diperlukan ruangan dimana panelis dapat bertemu dengan peneliti untuk mendapatkan instruksi, pelatihan dan diskusi. Ruang diskusi ini terpisah dengan ruang persiapan sehingga suara dan bau masakan tidak mengganggu tugas panelis. Ruangan ini juga tidak terganggu oleh personal laboratorium. Ruangan harus nyaman, dilengkapi dengan meja besar dan bangku/ kursi yang idealnya diatur minimal untuk 10 orang. Papan tulis dan flip chart diletakkan ditempat dimana semua panelis dapat melihatnya dengan jelas. Papan pengumuman diletakkan dekat pintu masuk, berisi peraturan dan informasi persyaratan panelis.

c) Ruang/sekat Pengujian

Ruang/sekat pengujian, seperti ruang diskusi, harus terpisah dengan ruang persiapan. Sekat pengujian dapat berada dalam satu ruangan yang sama dengan ruang diskusi. Sekat pengujian digunakan untuk seorang panelis yang dapat menilai sampel tanpa pengaruh dari panelis lainnya. Setiap sekat/ruang dilengkapi dengan wadah/counter, bangku atau kursi, lampu dan outlet listrik.

d) Ruang Peneliti

Ruang ini diperlukan oleh peneliti untuk meyiapkan format dan laporan pengujian, analisis data dan menyimpan hasil pengujian. Ruang ini dilengkapi dengan meja, filing cabinet, dan calculator atau komputer dengan program statistik untuk mengolah data.

e) Pendukung Pengujian Sensoris
  • Ruang pengujian sebaiknya dilengkapi dengan peralatan untuk penyiapan makanan dan wadah-wadah kecil untuk menyajikan sampel pada panelis. Semua peralatan harus terbuat dari bahan yang tidak akan mentransfer bau atau flavor pada makanan saat penyiapan ataupun penyajian. Peralatan untuk persiapan dan penyajian makanan, dapat digunakan yang sekali pakai ataupun yang berulang kali dipakai (bahan gelas).
  • Peralatan untuk persiapan makanan. Timbangan yang akurat, pipet, gelas ukur dan gelas saji dengan berbagai volume diperlukan untuk membuat pengukuran yang tepat selama penyiapan dan penyajian makanan. Gelas (seperti pyrex) atau gelas keramik lebih baik dipilih dibandingkan dengan bahan logam. Karena bahan gelas atau gelas keramik tidak menimbulkan bau atau flavor selama pemasakan. Jika hanya bahan logam yang tersedia, lebih baik memilih bahan stainless steel dibandingkan peralatan masak dari bahan aluminium, kaleng atau besi. Termometer dan peralatan dapur lainnya seperti saringan, pembuka kaleng, pisau, garpu, sendok, mangkok, dan piring, juga diperlukan.
  • Wadah sampel. Wadah sampel dipilih berdasarkan ukuran dan karakteristiknya. Ukuran wadah bervariasi berdasarkan jenis dan jumlah produk yang akan diuji.
  • Baki. Baki plastik atau logam untuk menyimpan sampel yang akan disajikan untuk setiap panelis, harus disiapkan. Baki pemanas elektrik untuk setiap sekat panelis disarankan untuk disediakan bagi sampel yang harus hangat.
  • Pendukung lainnya. Sendok, garpu dan pisau plastik, serbet, cangkir gelas atau yang sekali pakai untuk air, poci besar, juga diperlukan.
Fasilitas Pengujian Sementara

Jika area pengujian khusus tidak ada, tempat pengujian sementara dapat dirancang dengan memperhatikan persyaratan dasar untuk tempat pengujian secara organoleptik.

a) Ruang Persiapan Makanan

Fasilitas masak sementara dapat ditata dala laboratorium dengan menggunakan hotplate, dan wadah styrofoam dapat digunakan agar tetap hangat untuk waktu yang pendek. Penyiapan baki dapat dilakukan di luar area apabila area pengujian terbatas.

b) Ruang/Sekat Pengujian

Sampel dapat disajikan untuk dinilai dalam area yang disekat dimana gangguan, bising dan bau dapat diminimalkan. Ruang makan atau ruang minum kopi yang tidak digunakan pada saat pengujian organoleptik dapat dipakai sebagai ruang pengujian.

c) Meja Peneliti

Peneliti memerlukan ruang untuk menyiapkan format pengujian, rencana pengujian, dan analisis/pengolahan data. Oleh karena itu diperlukan meja untuk kegiatan tersebut.

d) Pendukung Pengujian Sensoris

Peralatan pendukung lainnya diperlukan sama seperti pada fasilitas pengujian permanen/khusus.


TPHP

Popular Posts